Nats : Yeremia 26 : 7 – 14
1. Nabi Yeremia yang dipanggil sejak muda bahkan ketika masih dalam kandungan ia sudah ditetapkan menjadi seorang nabi. Dalam Yere 1:5 dikatakan: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa”. Yeremia sama sekali tidak dapat mengelak atas panggilan dan penetapan Allah. Ia diberi penglihatan dan Tuhan sendiri yang menaruhkan perkataanNya ke dalam mulut Yeremia.
2. Yeremia bekerja dalam zaman Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, sampai akhir tahun yang kesebelas zaman Zedekia bin Yosia, raja Yehuda, hingga penduduk Yerusalem diangku ke dalam pembuangan dalam bulan yang kelima (1:3). Keadaan yang dihadapai Yeremia sangat berat. Disamping bangsanya yang luluh lantak, jiwa keagamaan masyarakat juga mengalami kehancuran yang fatal. Dalam kemarahan, Tuhan bertanya atas hal itu: “Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu pada-Ku, sehingga mereka menjauh dari pada-Ku, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia (2:5); “pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umatKu menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna” (2:11)
3. Gambaran keadaan yang dihadapi Yeremia, dengan padat digambarkan: Para imam tidak lagi bertanya: Dimanakah TUHAN? Orang-orang yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna (2:8). Para Imam telah mengalami krisis iman dan kerohanian yang pangling. Mereka tidak perduli, tidak takut dan bahkan telah menganggap Tuhan itu tidak ada. Hanya dirinya yang dipikirkan dan panggilan keimaman sudah kehilang makna dalam hidup mereka. Para penegak hukum tidak lagi memiliki komitmet moral. Hukum dipermainkan dan ditelikung untuk keuntungan dirinya. Mereka sudah tidak perduli pada kerusakan sosial akibat hukum yang telah meninggalkan keadila. Para gembala telah mendurhaka, yang semula dipanggil untuk menjaga kawanan domba, kini justru lari meninggalkan domba-dombanya itu berserakan. Mereka tidak mau tahu lagi atas domba-domba yang mungkit tersesat, masuk jurang atau diterkan harimau. Bahkan mereka sendiri yang menyerahkan domba-dombanya untuk dijual dan disembelih demi keselamatan dan kenikmatan para gembala. Nabi-nabi juga telah menyeleweng, justru menubuatkan kedahsyatan dewa-dewa Baal. Mereka telah membohongi nurani dan rohani mereka sendiri dan menjual Tuhannya.
4. Memang realitas agama dan sosial yang dihadapi Yeremia sungguh parah dan memilukan. Namun justru ke dalam realitas yang demikianlah Tuhan mengutus nabi-nabi yang langsung dipilihNya. Yeremia diutus untuk menyatakan kebenaran ke tengah-tengah realitas yang sudah sangat rusak itu. Yeremia tidak dibekali pasukan polisi atau tentara, juga tidak diberi kewenangan untu mencekal, menahan atau memenjarakan orang seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia tidak dibekali kuasa untuk memerintah dan tidak memiliki kekuatan untuk memaksa. Tuhan hanya mengatakan: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (1:8)
5. Menyatakan kebenaran Tuhan ke dalam kondisi yang sudah rusak itu jelas mengundang resiko yang berat. Orang-orang yang berkuasa (Kaum elite, termasuk para imam, gembala dan nabi-nabi pada masa itu), yang melakukan kerusakan dan sekaligus memperoleh keuntungan dan kenikmatan atas keadaan yang rusak itu, dengan kuat melakukan perlawanan. Mereka tidak segan-segan melakukan intrik, mengumbar rumor-rumor (gossip) yang negatif dan bila perlu melakukan pembunuhan. Kebenaran yang dinyatakan Yeremia sangat mengganggu dan menghilangkan keuntungan dan kenikmatan mereka. Hal itulah yang terjadi dalam perikop ini. Para imam, nabi, pemuka dan rakyat kebanyakan telah merancang dan mencanangkan kematian Yeremia: orang ini harus dihukum mati (26:8 dan 11)
6. Dalam kehidupan kita, di tengah-tengah masyarakat maupun dalam lingkup gereja, keadaan yang dialami Yeremia dapat terjadi, bahkan berada di sekitar kita atau pada diri kita. Di saat menguntukan, mungkin kita akan toleran dengan pelanggaran hukum atau aturan. Atau kita telah mementingkan jabatan dan rela berdiam atas ketidakadilan, kebohongan atau pemutarbalikan fakta.
7. Gereja yang adalah utusan Tuhan, sering bahkan mungkin terus menerus menghadapi kenyataan yang dipenuhi pelbagai kebobrokan. Dalam situasi yang demikian, jika gereja tetap sungguh-sungguh Gereja, perlawanan harus dilakukan tanpa henti dan takut. Sama seperti Yeremia yang diutus Tuhan, demikian juga Gereja diutus Tuhan untuk menyatakan kebenaran. Jaminan yang diberikan Tuhan juga sama seperti yang diperoleh Yeremia, sebagaimana dikatakan Tuhan: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (1:8)
(Pdt Saut Sirait MTh untu kebaktian doa HKBP Bandung Reformanda sektor 1 dan 2)
Kamis, 24 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar