Sabtu, 09 Oktober 2010

TUHAN MEMARAHI ISRAEL

Titik tolak pelayanan Maleakhi ialah kasih Allah. Pada zamannya umat Israel sedang bergumul dengan kesulitan ekonomi, diserang oleh musuh sehingga membutakan mata mereka akan kasih Allah. Mereka melecehkan TUHAN, tidak menghormati TUHAN dan meremehkan keagunganNya.
Para imam yang mempunyai tugas mengajarkan kebenaran dan menjadikan hidup mereka sebagai teladan, justru menyelewengkan makna ibadah dan menyesatkan umat Israel. Mereka merusak anugerah perjanjian, menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dengan menjadi suami anak perempuan allah lain.
Ketidakpedulian mereka kepada TUHAN terungkap dalam sikap yang tidak ada tenggang rasa terhadap orang lain. Dikatakan bangsa Israel telah tidak setia kepada istri masa muda mereka yang sebangsa (Yahudi) dan mengambil perempuan bangsa lain (kafir) sebagai istri baru mereka. Bangsa ini telah tidak setia terhadap bangsanya sendiri, keluarga rohani mereka dan pasangan perkawinan mereka. Ketidaksetiaan mereka juga terlihat dari terjadinya perceraian ditengah-tengah bangsa Israel. Hal mana Allah sangat membencinya. Bangsa Israel telah melakukan pengkhianatan. Bahkan mereka menutupi pakaiannya dengan kekerasan.
TUHAN marah atas bangsa ini karena mereka telah melakukan pelacuran rohani, perzinahan, kawin campur (menikah dengan bangsa yang tidak seiman) dan melakukan perceraian. Karenanya TUHAN menyatakan akan melenyapkan orang-orang yang berbuat demikian. Penghukuman TUHAN dapat turun bagi orang yang tidak menghormati kemuliaan TUHAN.
Kemarahan TUHAN juga terlihat dari tidak berkenannya TUHAN atas persembahan yang disampaikan bangsa Israel. Pemahaman bangsa Israel akan TUHAN sudah memudar , hal ini membuat TUHAN tidak memperdulikan persembahan mereka walau disampaikan dengan air mata, tangisan dan rintihan. Dari sini kita diingatkan bahwa persembahan kepada TUHAN terkait erat dengan sikap dan perbuatan manusia, bukan ditentukan oleh jumlah maupun bentuk persembahan.
TUHAN peduli dengan umatNya. Dia menuntut kesetiaan dari kita; kesetiaan kepada TUHAN, dan kesetiaan dalam hubungan antar manusia. Amin
St. HDI Sipahutar (jemaat HKBP Bandung Reformanda)

Kamis, 26 Agustus 2010

Who am I, in God?

Below is the text from an email I received that
reminds us of who we are to God and in Jesus.

I am bought with a price (1 Cor 6:19-20)
I am a saint (set apart for God). (Eph. 1:1)
I am a personal witness of Christ. (Acts 1:8)
I am the salt & light of the earth (Matt 5:13-14)
I am a member of the body of Christ (1 Cor 12:27)
I am free forever from condemnation ( Rom. 8: 1-2)
I am a citizen of Heaven. I am significant (Phil 3:20)
I am free from any charge against me (Rom. 8:31 -34)
I am a minister of reconciliation for God (2 Cor 5:17-21)
I have access to God through the Holy Spirit (Eph. 2:18)
I am seated with Christ in the heavenly realms (Eph. 2:6)
I cannot be separated from the love of God (Rom 8:35-39)
I am established, anointed, sealed by God (2 Cor 1:21-22 )
I am assured all things work together for good (Rom. 8:28 )
I have been chosen and appointed to bear fruit (John 15:16 )
I may approach God with freedom and confidence (Eph. 3: 12 )
I can do all things through Christ who strengthens m e (Phil. 4:13)
I am the branch of the true vine, a channel of His life (John 15: 1-5)
I am God's temple (1 Cor. 3: 16).
I am complete in Christ (Col. 2: 10)
I am hidden with Christ in God (Col. 3:3).
I have been justified (Romans 5:1)
I am God's co-worker (1 Cor. 3:9; 2 Cor 6:1).
I am God's workmanship(Eph. 2:10)
I am confident that the good works God has begun in me will be perfected.
(Phil. 1: 5)
I have been redeemed and forgiven ( Col 1:14).
I have been adopted as God's child (Eph 1:5)
I belong to God

(prayercanhelp.com)

Rabu, 25 Agustus 2010

Kebaikan

Efesus 2 : 10
" Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."

Menjadi baik bukanlah hakikat kita. Kita semua dilahirkan dengan kecenderungan alami akan egoisme.Sehingga kita harus berusaha untuk menjadi baik.

5 saran sederhana untuk melakukan kebaikan ( Rick Warren ) :

1. Kuasai Alkitab ( Isilah pikiran dan hidup kita dengan Firman Tuhan )
2. Jaga pikiran kita ( harus belajar mengendalikan aktivitas pikiran kita )
3. Kembangkan Pendirian
Pendapat adalah sesuatu yg anda pegang erat,PENDIRIAN adalah sesuatu yg memegang erat diri Anda.
4. Berani tampil beda
5. Bersekutu dengan teman seiman lainnya.

Have a great day

Kesabaran

Terburu-buru dan ketidak sabaran adalah bisa berakibat fatal
dan rentan terhadap kesalahan. Pelajarilah nilai kesabaran.
Sekalipun rasanya seperti anda tertinggal jauh di belakang,
tetapi dengan usaha yang terukur dan tekun, lebih mungkin
anda akan berada di depan.

Kesabaran bukan berarti menunda-nunda pekerjaan. Kesabaran
berarti mengambil tindakan SEKARANG, yang akan membawa hasil
di masa depan. Kesabaran berfokus pada hasil terbaik – bukan
pada hasil tercepat atau termudah. Kesabaran berarti mengerti
bahwa perjalanan panjang memiliki hasil yang panjang pula.

Mulailah dari sekarang, dan bersabarlah. Siapa yang mencari
hasil segera – akan segera pula kehilangan hasilnya – itupun
kalau mereka bisa mendapatkan hasil.

Memang makan waktu untuk menghasilkan yang terbaik, tetapi
anda sendiri yang akan menikmati hasilnya…

Sudahkah orang terdekat anda mengatakan "kamu orang yang sabar" atau malah sebaliknya?

Have a great day.

Kamis, 29 Juli 2010

“MENGENAL SIFAT NABI / GURU PALSU”

Nats : 2 Petrus 2 : 10 - 15

1.Surat Petrus yang kedua ini, bersifat umum, ditujukan pada orang-orang yang memperoleh keselamatan karena anugerah keadilan Allah. Isi surat ini menekankan agar semua pengikut Kristus tetap bersatu, berpegangan tangan dan setia pada nasehat / kesaksian para penyampai firman dan rasul. Kenapa Petrus menekankan hal seperti itu? Karena saat itu telah muncul ajaran yang sesat (=nabi-nabi dan guru-guru palsu). Mereka dengan gencar menyampaikan ajaran sesat yang membahayakan, mencela kabar sukacita (Injil), meniadakan karya Tuhan Yesus penebus umat manusia dari dosa.
2.Petrus mengingatkan setiap orang Kristen yang membaca surat ini agar waspada / berjaga-jaga. Setiap orang Kristen perlu mewaspadai bagaimana perilaku jahat dari guru-guru yang palsu yang bisa merusak iman / kepercayaan, merusak persekutuan serta memecah belah kesatuan gereja. Secara rinci diuraikan perilaku guru-guru sesat itu seperti pada ay. 10: menuruti hawa nafsu, mencemarkan diri, menghina pemerintahan Allah, berani (arti negatif) dan angkuh, tidak segan-segan menghujat kemuliaan (Tuhan). Jelas, mereka melakukan keinginan si Iblis dan nafsu kedagingan-nyalah yang ingin mereka lakukan. Guru-guru palsu ini merasa dirinya paling benar, punya kuasa dan kekuatan sehingga mereka berani menabur fitnah dan menghakimi. Sepertinya mereka melebihi malaikat Tuhan yang jelas lebih kuat dari manusia, padahal malaikat Tuhan tidak mau menghujat.(ay. 11) Itulah keangkuhan dari guru-guru yang palsu.
3.Terhadap perilaku guru-guru palsu ini Petrus menganggap mereka sama seperti hewan yang tidak berakal. Apakah manfaat yang bisa diambil dari hewan yang tidak berakal? Namanya saja binatang (hewan), yang dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Bukan itu saja sifat mereka, para guru palsu ini tidak tahu diri dengan menghina Injil (kabar sukacita) dan gereja Kristus, mereka tidak tahu kalau hal itu justru membawa mereka pada kebinasaan (ay 12). Adapun sifat manusia yang berperilaku seperti hewan yang tidak berakal adalah, ay 13-15: berfoya-foya, kotor dan bernoda, penuh hawa nafsu, matanya penuh nafsu zinah, tidak jemu berbuat dosa, memikat hati yang lemah, serakah/tamak. Jelaslah, mereka para guru palsu adalah orang-orang terkutuk, meninggalkan jalan kebenaran, sesat seperti Bileam yang menerima upah perbuatan jahat. Itulah sifat buruk mereka yang akan membawa mereka kepada kebinasaan. Kita harus waspada terhadap hal-hal tersebut dan dengan tegas kita menghalaunya.
4.Yesus mengatakan bahwa “Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu” akan datang dan akan berusaha menyesatkan orang-orang pilihan Tuhan (Matius 24:23-27). Kita harus melindungi diri kita dari pengajaran sesat dengan mengenali kebenaran. Dengan mengenali kebenaran kita dapat mengenali yang palsu. Langkah pertama adalah mempelajari Alkitab dan menilai semua pengajaran berdasarkan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Penampilan guru palsu sulit dibedakan dengan yang asli. Istilah “serigala berbulu domba” berlaku bagi pengajar palsu; Iblis dapat menyamar sebagai “malaikat terang” dan “pelayan kebenaran” (2 Kor 11:14-15). Yesus mengatakan “dari buahnya pohon itu dikenal” (Matius 12:33). Berikut ini ada tiga hal yang dapat diterapkan pada semua pengajar untuk menentukan apakah yang diajarkannya itu benar atau tidak. 1) Apa yang dikatakan guru itu tentang Yesus? 2) Apakah guru itu memberitakan Injil? 3) Apakah guru itu memperlihatkan sifat-sifat yang memuliakan Tuhan?. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8).
by St. HDI Sipahutar

Kamis, 24 Juni 2010

Tuhan mengutus untuk menyatakan kebenaran

Nats : Yeremia 26 : 7 – 14

1. Nabi Yeremia yang dipanggil sejak muda bahkan ketika masih dalam kandungan ia sudah ditetapkan menjadi seorang nabi. Dalam Yere 1:5 dikatakan: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa”. Yeremia sama sekali tidak dapat mengelak atas panggilan dan penetapan Allah. Ia diberi penglihatan dan Tuhan sendiri yang menaruhkan perkataanNya ke dalam mulut Yeremia.
2. Yeremia bekerja dalam zaman Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, sampai akhir tahun yang kesebelas zaman Zedekia bin Yosia, raja Yehuda, hingga penduduk Yerusalem diangku ke dalam pembuangan dalam bulan yang kelima (1:3). Keadaan yang dihadapai Yeremia sangat berat. Disamping bangsanya yang luluh lantak, jiwa keagamaan masyarakat juga mengalami kehancuran yang fatal. Dalam kemarahan, Tuhan bertanya atas hal itu: “Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu pada-Ku, sehingga mereka menjauh dari pada-Ku, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia (2:5); “pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umatKu menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna” (2:11)
3. Gambaran keadaan yang dihadapi Yeremia, dengan padat digambarkan: Para imam tidak lagi bertanya: Dimanakah TUHAN? Orang-orang yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna (2:8). Para Imam telah mengalami krisis iman dan kerohanian yang pangling. Mereka tidak perduli, tidak takut dan bahkan telah menganggap Tuhan itu tidak ada. Hanya dirinya yang dipikirkan dan panggilan keimaman sudah kehilang makna dalam hidup mereka. Para penegak hukum tidak lagi memiliki komitmet moral. Hukum dipermainkan dan ditelikung untuk keuntungan dirinya. Mereka sudah tidak perduli pada kerusakan sosial akibat hukum yang telah meninggalkan keadila. Para gembala telah mendurhaka, yang semula dipanggil untuk menjaga kawanan domba, kini justru lari meninggalkan domba-dombanya itu berserakan. Mereka tidak mau tahu lagi atas domba-domba yang mungkit tersesat, masuk jurang atau diterkan harimau. Bahkan mereka sendiri yang menyerahkan domba-dombanya untuk dijual dan disembelih demi keselamatan dan kenikmatan para gembala. Nabi-nabi juga telah menyeleweng, justru menubuatkan kedahsyatan dewa-dewa Baal. Mereka telah membohongi nurani dan rohani mereka sendiri dan menjual Tuhannya.
4. Memang realitas agama dan sosial yang dihadapi Yeremia sungguh parah dan memilukan. Namun justru ke dalam realitas yang demikianlah Tuhan mengutus nabi-nabi yang langsung dipilihNya. Yeremia diutus untuk menyatakan kebenaran ke tengah-tengah realitas yang sudah sangat rusak itu. Yeremia tidak dibekali pasukan polisi atau tentara, juga tidak diberi kewenangan untu mencekal, menahan atau memenjarakan orang seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia tidak dibekali kuasa untuk memerintah dan tidak memiliki kekuatan untuk memaksa. Tuhan hanya mengatakan: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (1:8)
5. Menyatakan kebenaran Tuhan ke dalam kondisi yang sudah rusak itu jelas mengundang resiko yang berat. Orang-orang yang berkuasa (Kaum elite, termasuk para imam, gembala dan nabi-nabi pada masa itu), yang melakukan kerusakan dan sekaligus memperoleh keuntungan dan kenikmatan atas keadaan yang rusak itu, dengan kuat melakukan perlawanan. Mereka tidak segan-segan melakukan intrik, mengumbar rumor-rumor (gossip) yang negatif dan bila perlu melakukan pembunuhan. Kebenaran yang dinyatakan Yeremia sangat mengganggu dan menghilangkan keuntungan dan kenikmatan mereka. Hal itulah yang terjadi dalam perikop ini. Para imam, nabi, pemuka dan rakyat kebanyakan telah merancang dan mencanangkan kematian Yeremia: orang ini harus dihukum mati (26:8 dan 11)
6. Dalam kehidupan kita, di tengah-tengah masyarakat maupun dalam lingkup gereja, keadaan yang dialami Yeremia dapat terjadi, bahkan berada di sekitar kita atau pada diri kita. Di saat menguntukan, mungkin kita akan toleran dengan pelanggaran hukum atau aturan. Atau kita telah mementingkan jabatan dan rela berdiam atas ketidakadilan, kebohongan atau pemutarbalikan fakta.
7. Gereja yang adalah utusan Tuhan, sering bahkan mungkin terus menerus menghadapi kenyataan yang dipenuhi pelbagai kebobrokan. Dalam situasi yang demikian, jika gereja tetap sungguh-sungguh Gereja, perlawanan harus dilakukan tanpa henti dan takut. Sama seperti Yeremia yang diutus Tuhan, demikian juga Gereja diutus Tuhan untuk menyatakan kebenaran. Jaminan yang diberikan Tuhan juga sama seperti yang diperoleh Yeremia, sebagaimana dikatakan Tuhan: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (1:8)
(Pdt Saut Sirait MTh untu kebaktian doa HKBP Bandung Reformanda sektor 1 dan 2)

Sabtu, 19 Juni 2010

Tubuh Kristus

Sermon SEKSI AMA HKBP Bandung Riau
Kamis, 23 07 2009

“Peran anggota Tubuh Kristus”
1 Korintus 12 : 13 - 20 (PHD Ama)
Pada bagian awal nats ini, Paulus menerangkan bahwa tanpa memandang latar belakang suku, ras, status sosial, pendidikan dan ekonomi, orang percaya dibaptis oleh Roh menjadi satu tubuh dan meminum dari satu Roh. Melalui keanekaragaman ini pula, Paulus ingin menekankan bahwa jemaat Kristus di Korintus merupakan satu kesatuan yang dapat digambarkan seperti tubuh manusia.
Tubuh manusia terdiri dari bagian atau anggota yang unik, khas, serta berbeda bentuk juga fungsinya. “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya”(ay 18).
Peranan dan fungsi masing-masing anggota tubuh itu, baru bisa dirasakan apabila ditempatkan dalam kesatuan tubuh. Di luar kesatuan tubuh, masing-masing anggota tidak bisa berfungsi dan berperan sebagaimana mereka dibentuk. Kesatuan tubuh itu sedemikian utuhnya sehingga ketika salah satu anggota tubuh sakit maka bagian tubuh yang lainpun dapat merasa kesakitan sehingga aktifitas tubuhpun dapat terganggu.
Seperti halnya tubuh manusia yang terdiri dari banyak anggota, gereja yang dipandang sebagai Tubuh Kristus juga seharusnya menjadi suatu kesatuan dalam keanekaragaman. Banyak manifestasi / perwujudan kemuliaan karya Allah yang ingin Ia kerjakan melalui peran dan fungsi anggota gereja.
Kita sebagai anggota gereja mempunyai tempat, peran dan fungsi khusus di dalam Tubuh Kristus. Kita harus mendukung dan menghargai siapa saja yang sedang melakukan fungsinya. Jangan kita perdebatkan apa yang Tuhan berikan untuk pembangunan jemaatNya, namun syukurilah dan berkontribusilah.
Marilah kita memanfaatkan karunia yang kita miliki yang telah dianugerahkan Tuhan untuk melayani Dia dalam kerjasama yang baik.
Renungan : Apakah kita menyadari bahwa kita adalah anggota yang ditempatkan dalam Tubuh Kristus dan mempunyai peran dan fungsi unik sesuai dengan kehendak Tuhan?

HDI Sipahutar

Kamis, 01 April 2010

"What is Maundy Thursday?"

Maundy Thursday, also known as “Holy Thursday” is the Thursday of Passion Week, one day before Good Friday (the Thursday before Easter). Maundy Thursday is the name given to the day on which Jesus celebrated the Passover with His disciples, known as the Last Supper. Two important events are the focus of Maundy Thursday.

First, Jesus celebrated the Last Supper with His disciples and thereby instituted the Lord’s Supper, also called Communion (Luke 22:19-20). Some Christian churches observe a special Communion service on Maundy Thursday in memory of Jesus’ Last Supper with His disciples. Second, Jesus washed the disciples’ feet as an act of humility and service, thereby setting an example that we should love and serve one another in humility (John 13:3-17). Some Christian churches observe a foot-washing ceremony on Maundy Thursday to commemorate Jesus’ washing the feet of the disciples.

The word “Maundy” is derived from the Latin word for “command.” The “Maundy” in Maundy Thursday refers to the command Jesus gave to the disciples at the Last Supper, that they should love and serve one another. Should we observe Maundy Thursday? The Bible neither commands nor forbids it. It is a good thing to remember the Last Supper and Jesus’ sacrifice on our behalf. It is a good thing to remember the Lord’s example of humility. However, at the same time, we should avoid ritualistic observances of holidays unless they are truly focused on God and our relationship with Him.

(dikutip dari "Bible Questio Answered")

Rabu, 31 Maret 2010

"What does the Bible say about Christian character?"

Character is defined as strength of moral fiber. A.W. Tozer described character as “the excellence of moral beings.” As the excellence of gold is its purity and the excellence of art is its beauty, so the excellence of man is his character. Persons of character are noted for their honesty, ethics, and charity. Descriptions such as “man of principle” and “woman of integrity” are assertions of character. A lack of character is moral deficiency, and persons lacking character tend to behave dishonestly, unethically, and uncharitably.

A person’s character is the sum of his or her disposition, thoughts, intentions, desires, and actions. It is good to remember that character is gauged by general tendencies, not on the basis of a few isolated actions. We must look at the whole life. For example, King David was a man of good character (1 Samuel 13:14) although he sinned on occasion (2 Samuel 11). And although King Ahab may have acted nobly once (1 Kings 22:35), he was still a man of overall bad character (1 Kings 16:33). Several people in the Bible are described as having noble character: Ruth (Ruth 3:11), Hanani (Nehemiah 7:2), David (Psalm 78:72), and Job (Job 2:3). These individuals’ lives were distinguished by persistent moral virtue.

Character is influenced and developed by our choices. Daniel “resolved not to defile himself” in Babylon (Daniel 1:8), and that godly choice was an important step in formulating an unassailable integrity in the young man’s life. Character, in turn, influences our choices. “The integrity of the upright guides them” (Proverbs 11:3a). Character will help us weather the storms of life and keep us from sin (Proverbs 10:9a).

It is the Lord’s purpose to develop character within us. “The crucible for silver and the furnace for gold, but the LORD tests the heart” (Proverbs 17:3). Godly character is the result of the Holy Spirit’s work of sanctification. Character in the believer is a consistent manifestation of Jesus in his life. It is the purity of heart that God gives becoming purity in action. God sometimes uses trials to strengthen character: “we also rejoice in our sufferings, because we know that suffering produces perseverance; perseverance, character; and character, hope” (Romans 5:3-4). The Lord is pleased when His children grow in character. “You test the heart and are pleased with integrity” (1 Chronicles 29:17; see also Psalm 15:1-2).

We can develop character by controlling our thoughts (Philippians 4:8), practicing Christian virtues (2 Peter 1:5-6), guarding our hearts (Proverbs 4:23; Matthew 15:18-20), and keeping good company (1 Corinthians 15:33). Men and women of character will set a good example for others to follow, and their godly reputation will be evident to all (Titus 2:7-8).

Selasa, 30 Maret 2010

ARTI PASKAH BAGI KITA

Hari Raya Paskah pada perjanjian lama merupakan hari peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Saat itu anak-anak sulung bangsa Mesir dibunuh, namun pintu-pintu rumah orang Ibrani dilewati (dilewati atau melewati dalam bahasa Ibrani adalah “ Pésah “). Peristiwa itu diperingati dengan makan “korban Paskah”. Dalam perjanjian baru “korban Paskah” adalah Yesus Kristus sendiri yang disebut juga dengan “Anak Domba yang disembelih”. Dalam perkembangannya Hari Raya Paskah mendapat nuansa baru yaitu perayaan kebangkitan Yesus Kristus.

Satu tahun sekali orang Kristen berkumpul di gereja atau di tempat-tempat kebaktian untuk mengenangkan hari kematian dan merayakan kebangkitan Yesus Kristus yang dikenal sebagai Hari Raya Paskah. Saat-saat seperti inilah merupakan kesempatan untuk merenungkan kembali mengapa Yesus harus mati di kayu salib, apa pesan paskah, apakah artinya bagi kita. Pada setiap kebaktian akan terdengar paduan suara mendendangkan lagu-lagu pujian yang berkaitan dengan paskah antara lain “Kristus Bangkit! Soraklah” atau “Di makam yang gelap”. Ada gereja atau sekolah minggu yang mementaskan drama/fragmen khusus untuk mengenang peristiwa kematian Kristus dan kebangkitanNya.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah arti paskah yang sebenarnya bagi kita umat kristen ? Apakah cukup dengan datang ke tempat kebaktian mendengarkan khotbah, bernyanyi atau mementaskan sebuah drama? Kalau hanya itu saja, kita telah tertipu oleh sebuah tradisi kekristenan dan bisa jadi kita lupa akan arti sesungguhnya pengorbanan darah Yesus Kristus yang suci itu. Kekristenan kita akan lapuk dan iman kita akan hilang kalau kita berlaku demikian.

Arti paskah dapat dilihat setidaknya ada 3 (tiga) hal penting bagi kita / manusia yaitu :

I. “Kematian Kristus itu telah membenarkan dan menyelamatkan kita”

Kita telah dibenarkan karena darahNya. Arti kata “dibenarkan” dalam alkitab adalah : dibebaskan dari tuduhan, dinyatakan tidak bersalah menurut pandangan Allah sendiri.

Kita telah dilepaskan / diselamatkan dari hukuman yang kekal. Kita telah bebas seperti halnya Barabas, yang sudah rusak akhlaknya, telah bebas dari hukuman mati. Penjahat itu telah menjadi contoh yang khas bagi manusia, memberontak, tak ber-tuhan, tak berbelas kasihan. Tetapi, karena kematian Kristus ia telah diselamatkan.

II. “Kematian Kristus itu telah menyucikan hati nurani dan batin kita”

Mari kita renungkan apa yang dikatakan dalam alkitab : “Darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”. (Ibrani 9:14)

Setiap orang mempunyai hati nurani. Hati nurani ini selalu mengadili segala pikiran, perkataan dan tingkah laku seseorang. Suara hati itu bekerja perlahan-lahan. Kadang-kadang ia mengatakan kesalahan seseorang, tetapi sebaliknya, membenarkan juga akan perbuatan seseorang.

Hati nurani itu mungkin peka, kasar atau tidak sempurna pertumbuhannya. Hal ini tergantung bagaimana kita menerapkannya.

Batin manusia itu telah dikotori oleh dosa. Manusia telah lumpuh, tak berdaya, karena hati nuraninya telah dinodai oleh dosa. Untunglah, darah Kristus telah menyucikan kita dari amal dan perbuatan yang mati, supaya kita dapat melayani Allah yang hidup. Si tunasusila telah berubah menjadi ibu yang baik dan sederhana, si anak nakal telah menjadi pelayan Kristus yang baik. Inilah arti Paskah yang sebenarnya yaitu mengubah manusia yang kotor karena dosa menjadi manusia suci dihadapan Tuhan.

III. “Kematian Kristus telah menebus kita”

Tidak ada arti yang lebih indah dalam peringatan Paskah, kecuali : kita ditebus oleh darah Kristus. Rasus Petrus mengatakan bahwa kita ditebus “...bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus” (1 Pet 1 : 18 – 19)

Bukan hanya Adam tetapi semua manusia telah terkena perangkap Iblis. Manusia harus diambil dari perangkap itu dengan ditebus atau dibeli kembali. Hanya dengan jalan inilah manusia dapat berkomunikasi lagi dengan Allah.

Akhirnya di atas kayu salib di Golgota itu telah terjadi suatu penebusan atau pembayaran yang tidak ternilai harganya, yang jauh lebih mahal dari nilai kita yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus karena kasihNya kepada umat kesayanganNya. Kita ditebus, dibayar kembali, dosa kita dihapuskan, kedudukan kita dipulihkan, bukan dengan barang-barang fana seperti emas, perak yang dapat sirna, tetapi dengan darah Kristus yang kekal dan mulia.

Inilah arti Paskah bagi kita, marilah kita menghargai apa yang sudah dilakukan Yesus Kristus di Golgota, dengan percaya padaNya, mengasihiNya, melakukan apa yang diperintahkanNya dengan segenap hati, jiwa dan segenap akal budi kita. Amin

(Penulis : Harlan Sipahutar, Anggota Jemaat HKBP Bandung Reformanda Ressort Bandung Reformanda)

Minggu, 28 Maret 2010

Alasan hidup

“Berikan aku satu, ya satu saja, alasan kenapa aku harus terus hidup.....” Rona wajahnya pucat. Dan kedua matanya sembab. Kupandang dia dengan hati yang ter-iris-iris.
“Berdoa, berdoa dan memohon-lah kepada Tuhan” Jawabku pelan.
Dia menghela nafas dan berkata: “Ah, sudahlah. Saya merasa bahwa Tuhan itu sudah tuli pada doa-doaku. Tuhan yang pernah bersabda: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” toh tidak memberikan padaku apa yang kupinta.
Tuhan bahkan tak pernah membukakan pintu bagi diriku.” Lalu dia berdiri dan meninggalkan aku sendirian. Kekecewaan telah menjadi beban hidupnya. Kekecewaan telah menyatu dengan hidupnya.

Memang, kadang kita kalah dalam menghadapi hidup ini. Bahkan kalah dengan pahit. Ada satu cerita yang dituturkan oleh Leo Tolstoy (pengarang Rusia, 1828-1920) yang berjudul Tuhan Tahu tetapi menunggu. Dituturkan tentang nasib seorang saudagar yang telah difitnah merampok dan membunuh hingga dia harus di sel penjara untuk kesalahan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup.
Pada akhir kisah, perampok yang sesungguhnya akhirnya mengakui perbuatannya tetapi toh tidak lagi berarti bagi saudagar itu karena akhir usianya telah tiba. Walau demikian, cerita tersebut masih tetap terasa berakhir bahagia.

Yesus sendiri bahkan harus menghadapi nasib yang lebih tragis. Dia difitnah serta didakwa melanggar hukum agama Yahudi dan karena itu harus dihukum mati dengan disalibkan. Seruannya dari atas salib, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani ?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” tidaklah membuat Bapa datang membantunya sehingga akhirnya Yesus harus wafat. Tidakkah saat itu, jika kita sendiri yang mengalaminya, akan merasa betapa mengecewakannya hidup ini? Betapa sia-sianya meminta kepada Tuhan karena Tuhan telah tuli. Tuhan sering tidak datang saat kita mengharapkan kehadiranNya. Tetapi sungguhkah Tuhan itu telah tuli?

Sungguhkah Tuhan bersikap masa bodoh dan tidak mau peduli pada harapan dan doa-doa kita? “Jadilah kehendakMU di atas bumi seperti di dalam surga.” Satu kalimat dari Doa Bapa Kami yang telah diajarkan oleh Yesus kepada kita semua. Dan sebagai orang katolik kita mendaraskan doa itu setiap saat. Tetapi mengapa hanya kehendak Bapa yang baik bagi diri kita saja, yang menyenangkan dan membahagiakan kita, membuat kita bersyukur?
Mengapa bila kita mengalami peristiwa yang membuat kita berduka, yang menyakitkan dan memedihkan kita, tidak mampu kita terima sebagai satu anugerahNya juga? Dan siapa yang pernah mengatakan bahwa hidup itu mudah?

Sesungguhnya hidup adalah suatu perjuangan diri. Suatu pertarungan mencari kebenaran. Dan kebenaran itu hanya dapat kita temukan dalam rasa sakit dan pedih. Dalam pergolakan jiwa melawan kepentingan diri kita sendiri. Hidup yang berjalan lancar, enteng dan lunak sesungguhnya bukanlah hidup yang nyata tetapi suatu impian semu.
Tulis Pengkhotbah : “segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar” adalah esensi kehidupan kita semua. Sebab kita tak pernah akan merasa puas menerima kenyataan. Dari situlah sumber kemajuan iman kita berasal. Bukan dari peristiwa yang menyenangkan tetapi dari rasa pedih menghadapi kesepian, duka dan ketidakberdayaan kita menerima kenyataan yang kita alami.

Ada satu sajak yang amat indah, ditulis oleh Rabindranath Tagore (penyair India, 1861-1941) dalam bukunya Gitanjali bab ke 79:
Janganlah aku berdoa agar di luput-kan dari bahaya tetapi agar berani untuk menghadapinya.
Janganlah aku bermohon untuk dihindarkan dari kepedihan tetapi agar mampu menaklukkannya.
Janganlah aku mencari teman senasib dalam pergumulan hidup ini tetapi agar mampu berjuang dengan daya upayaku sendiri.
Janganlah aku meminta agar diselamatkan dari keterasingan tetapi agar dengan sabar melangkah menuju ke kebebasanku.
Janjikan-lah padaku agar aku tidak menjadi seorang pengecut: Tidak hanya sanggup merasakan keagunganMu dalam keberhasilanku tetapi juga dapat merasakan genggamanMu di dalam kegagalanku.

Suatu sajak indah yang patut kita renungkan dalam menghadapi kesulitan kita sehari-hari. Yesus sendiri telah berkata kepada kita semua: “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” maka pantaskah kita hanya berkeluh kesah lalu meninggalkan Dia? Bukankah seharusnya “kita cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita insan yang lemah ini?”

Aku memandang bayangan punggungnya yang perlahan menjauh. Aku melihat suatu tantangan hidup di-angkat-nya, suatu beban yang moga-moga mampu dihadapinya. Dan itulah sebabnya mengapa kita harus hidup terus. Mengapa kita harus berjuang terus untuk mencari dan menemukan kebenaran. Karena kita adalah umat Allah. Karena kita adalah saudara Tuhan. Karena Tuhan menyayangi kita, tidak tuli dan tidak pernah meninggalkan kita. Hanya Dia ingin iman kita terasah dengan baik agar kita mampu menjadi terang yang menyinarkan cahayaNya setiap saat.
(dikutip dari "Catatan China 3 Billion People accept Christ")

Selasa, 16 Maret 2010

Psalm 118

Give thanks to the LORD, for he is good;
his mercy endures for ever
Let those who fear the LORD now proclaim,
"His mercy endures for ever."
I called to the LORD in my distress;
the LORD answered by setting me free.
The LORD is at my side, therefore I will not fear;
what can anyone do to me
It is better to rely on... the LORD
than to put any trust in flesh.
It is better to rely on the LORD
than to put any trust in rulers.
I was pressed so hard that I almost fell,
but the LORD came to my help.
The LORD is my strength and my song,
and he has become my salvation.
I will give thanks to you, for you answered me
and have become my salvation.
"You are my God, and I will thank you;
you are my God, and I will exalt you.
Give thanks to the LORD, for he is good;
his mercy endures for ever.

Kamis, 04 Maret 2010

Tebarkan Kasih/cinta/love

Tebarkan cinta ke mana pun Anda pergi, pertama-tama di rumah Anda sendiri. Berikan cinta Anda kepada anak-anak Anda, kepada istri atau suami Anda, kepada seorang tetangga sebelah rumah... Jangan pernah membiarkan seseorang datang kepada Anda lalu pergi begitu saja tanpa merasa bahagia dan lebih baik. Jadilah ekspresi kehidupan dari kebaikan hati Tuhan: Kebaikan hati di wajah Anda, kebaikan hati di mata Anda, kebaikan hati dalam senyuman Anda, dan kebaikan hati dalam salam hangat Anda. ~Ibu Teresa dari Calcutta

Rabu, 03 Maret 2010

Homiletik

Definisi Homiletik

Kata "homiletik" sebenarnya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, istilah homiletics baru muncul pada abad ke 17, dan sejak itu kata ini dipakai untuk menunjuk ilmu berkhotbah. Di kalangan orang Kristen, arti sempit kata ini menunjuk suatu mata pelajaran teologi praktis di seminari yang mengajar mahasiswa/i membuat dan menyampaikan khotbah. Arti lebih luas kata ini menunjuk studi berkhotbah. Jadi homiletik berkaitan dengan penyelidikan, pembahasan, pengembangan ilmu dan praktik berkhotbah. Homiletik berhubungan dengan teologi (atau ilmu) dan seni. Dikatakan berhubungan dengan ilmu, karena dalam sebuah khotbah terdapat unsur teologi, atau yang lebih tepat penafsiran Alkitab. Dikatakan berhubungan dengan seni, karena unsur penting dalam khotbah, yaitu penafsiran Alkitab juga berkaitan dengan seni.Selain itu penyusunan dan penyampian khotbah juga berhubungan dengan retorika. Retorika adalah seni berpidato, seni ini perlu dikuasai setiap pengkhotbah. Walaupun homiletik berhubungan dengan retorika, tetapi homiletik bukanlah cabang retorika, melainkan cabang teologi. Dengan mempelajari homiletik, diharapkan seorang pengkhotbah dapat menulis naskah khotbah yang rapi berdasarkan Alkitab, lalu menyampaikannya dengan meyakinkan, berwibawa, jelas, dan menarik.

(dikutip dari http://www.hasansutanto.org/first_page_homiletik.htm)

Kamis, 25 Februari 2010

Peer Presure

CARA-CARA MENGENALI PEER PRESSURE

Cermati di antara teman-teman kita apakah ada yang bertingkah laku sebagai berikut :
o “Memangnya kenapa ? Apa kamu anak bawang ?

o “Kalau kamu salah satu dari kita, kamu pasti melakukannya”

o “Aah ... semua anak-anak lain juga melakukan hal ini”

o “Kalau kamu tidak melakukan, kamu bukan teman / bagian kita”

o “Pokoknya jika kamu mau melakukan, kami akan menghargai kamu”

o Apakah teman-teman itu mau berbagi tentang minat dan tujuan-tujuan dengan kita

o Apakah mendukung atau melemahkan minat kita terhadap, sekolah, gereja, dll.

o Apakah teman-teman tersebut membatasi kita untuk mempunyai teman yang lain ?

o Apakah kita merasa dapat menikmati hal-hal yang kita lakukan bersama dengan teman kita ?

Selasa, 23 Februari 2010

Ulasan Kitab Nabi

Kitab Nabi HABAKUK

Kitab ini ditulis sekitar tahun 625 SM – 598 SM. Pada masa ini bangsa Kasdim (Babel) sedang menuju puncak kejayaannya sebagai negara adikuasa, setelah sebelumnya mengalahkan Asyur dan Mesir. Pada rentang waktu inilah terjadi penawanan raja dan bangsawan Yehuda kemudian dibawa ke Babel.

Secara umum kitab ini berisi keluhan tentang kekejaman dan kelaliman yang dialami Yehuda oleh bangsa Kasdim; dan nubuatan tentang jatuhnya bangsa Kasdim, serta doa Nabi Habakuk.

Pasal 1 :

Berisi keluhan nabi Habakuk, dia mempertanyakan mengapa Tuhan tidak mau mendengar teriakan bangsa Israel yang mengalami penindasan bahkan menurutnya Tuhan memperlihatkan kejahatan dan kelaliman. Jawab Allah terhadap keluhan itu ialah bahwa Ia-lah yang membangkitkan bangsa Kasdim yang menindas bangsa Yehuda sebagai penghukuman.(1: 6)

Kita lihat ada dilema bagi nabi Habakuk yaitu : bagaimana mungkin Allah yang adil dan baik, yang membenci kejahatan justru memperhadapkan umat-Nya dengan satu bangsa (Kasdim) yang mendewakan kekuatan dirinya sendiri ? Apakah Tuhan akan membiarkan orang Kasdim terus menerus menghunus pedang dan membunuh dengan tidak kenal belas kasihan ?(1:17)

Pasal 2 :

Berisi penglihatan yang diberikan Tuhan kepada nabi Habakuk sekaligus sebagai jawaban pasti terhadap keluhan nabi Habakuk.

Allah tidak akan membiarkan perlakuan berlebihan bangsa Kasdim terhadap Yehuda itu berlangsung lama. Ia akan menghukum segala keangkuhan dan kesombongan. Hanya orang-orang yang mempercayai Allah dan yang tetap setia kepada-Nya yang akan hidup,( “ ..orang benar akan hidup oleh percayanya” (2:4b)).

Nabi Habakuk mendapat penglihatan akan situasi dimana bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut. (2:14)

Dalam bagian ini pula kita dapati kata “celaka” , digunakan / ditujukan bagi mereka yang tamak, merampas yang bukan miliknya, mengambil laba yang tidak halal, yang mendirikan kota dan benteng di atas dasar ketidakadilan, yang menghinakan dan mencemooh martabat manusia dan yang menyembah berhala. Tuhan akan menghukum orang-orang macam itu siapapun mereka dengan mencabut nyawanya.

Pasal 3 :

Berisi doa dan syukur dari nabi Habakuk. Doa ini bersifat musikal (nada ratapan) seperti pujian yang biasa digunakan dalam rumah ibadah.

Doa ini mengungkapkan : kekuatan dan keadilan Tuhan; pengharapan akan masa yang akan datang dan Tuhan adalah sumber kekuatan bagi orang yang percaya.

Hal - hal yang dapat dimaknai :

Ø Kemahakuasaan Tuhan jelas diungkapkan oleh kitab ini.

Ø Pergumulan hidup merupakan hal yang biasa dialami oleh setiap orang yang percaya.

Ø Iman adalah kata kunci dari kitab ini (2: 4b).

Ø Sumber kekuatan, sukacita dan kebahagiaan tidak terletak pada manusia dan materi tetapi hanya ada pada Tuhan.

Harlan sipahutar